Sejarah Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara Bagian Pertama



Alkisah, maka sepeninggal Nabi Muhammad pada tahun 632 orang Arab pergi menaklukkan dan mengislamkan bangsa-bangsa orang yang sekeliling negerinya, sehingga kerajaan Arab teramat besar dan mulia. Maka dengan hal yang demikian itu perniagaan orang Arab makin berkembang, sehingga saudagar Arab dan Parsi sampai juga ke pulau-pulau Hindia (Nusantara); sungguhpun maksud orang itu hendak berniaga, tetapi dengan serajin-rajinnya mereka itu mengajarkan juga agamanya kepada orang yang menyembah berhala dalam negeri asing. Maka acap kali disampaikannya maksudnya, karena orang Arab biasanya tolong menolong, serta mereka itu bijaksana dan panjang akal, tambahan lagi diperisterinya anak orang negeri itu, lama kelamaan orang Arab bercampur dengan pemerintahan negeri.

Rute Perjalanan Ibnu Batutah

Adapun orang Arab mula-mula duduk di bandar pulau Perca. Maka pada tahun 1354 sudah ada seorang raja Islam di Samudera (Pasai), Malikusaleh namanya.

Peta Pulau Sumatra (Publikasi Thn. 1640)

Arkian, maka pada permulaan abad yang keenambelas Raja Pedir, yang terutama sekali dalam raja Islam di pulau Perca sebelah utara, Raja Aceh-pun takluk kepadanya, akan tetapi pada masa itu ada seorang raja Aceh, Sultan Ibrahim namanya, maka iapun dapat melepaskan dirinya, tambahan lagi Pedir dan Pasir dikalahkannya pada tahun 1524. Sejak ketika itu kerajaan Aceh makin lama bertambah besar, sehingga pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (dari tahun 1606 sampai tahun 1630) pulau Sumatera sebelah barat sampai ke Inderapura, Deli , Siak dan Johor dibawa hukum Raja Aceh. Kemudian dari pada itu pada abad yang ketujuhbelas tanah Aceh diperintahkan oleh raja perempuan empat orang berturut-turut, maka kebanyakan negeri yang tersebut itu lepas pula.

Di pulau Sumatera tengah karajaan Menangkabau (Minangkabau) yang mashur; setelah karajaan Majapahit binasa, maka jajahan di pantai sebelah timur pulau Perca menjadi kerajaan, yaitu Palembang, Jambi dan Indragiri.

Maka kata sahibul hikayat di tanah Jawa sebelah timur Wali'ullah yang pertama seorang orang Arab, Maulana Malik Ibrahim namanya; jiratnya (jirat=nisan) ada di Gersik (Gresik), dan terbuat dari pada batu pualam (kima); maka surat pada jirat itu, lain dari pada kalimat Arab, bunyinya, bahwa Malik Ibrahim wafat pada 12 hari bulan Rabiu'lawal tarik hijrah 22 tahun, yaitu 8 hari bulan April tarikh masihi 1419 tahun. Kabar itulah bukan agak-agak melainkan benar sungguh.

Makam/Jirat Maulana Malik Ibrahim di Gresik

Maka beberapa lamanya Malik Ibrahim diam di lereng dekat Gersik (Gresik), maka datanglah mamaknya (mamak=saudara laki-laki ibu yang tertua), yaitu Raja Cermen hendak mengunjungi Raja Brawijaya di Majapahit akan mengislamkan Raja itu. Mula-mula mendengarkan pengajaran Raja Cermen; akan tetapi sekali peristiwa timbullah suatu penyakit, maka beberapa orang pengiring raja itu mati, demikian pun anak perempuan Raja Cermen, yang akan dinikahkannya dengan Raja Brawijaya. Sebab itu Raja Majapahit berpaling hatinya, katanya : “orang ini ditimpa murka dewa; niscaya agamanya tiada baik." Maka kabar orang : di kuburan puteri Cermen itu didirikan sebuah masjid akan tanda peringatan, maka masjid itulah yang pertama di pulau Jawa.

Syahdan, maka Wali'ullah yang mashur juga, yaitu Raden Rahmat, anak ipar Raja Brawijaya. Adapun Raden Rahmat dikasihi Maharaja, dianugerainya Ampel (Ngampel), diberinya izin mengajarkan Islam. Maka negeri Ampel yaitu asal Surabaya.

Maka amat banyak orang datang mengaji kapadanya, serta memuji budi pekertinya dan kemurahannya dan salehnya, tambahan lagi Raden Rahmat digelarinya Susuhunan (Sunan) Ampel, seorang dalam muridnya, yang mashur sekali Raden Paku namanya, atau Sunan Giri sepanjang nama tempat kedudukannya Giri dekat Gersik. Maka keturunan Wali itupun amat besar kuasanya seraya diaku orang Jawa penghulu segala orang Islam di tanah Jawa, oleh karena itu Sunan-Sunan Giri dimalui raja besar-besar.

Arkian, makin banyak orang Jawa masuk Islam , bertambah kurang kuasa Maharaja di Majapahit, sebab orang Islam itupun menjunjung titah penghulunya saja, yaitu Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang (di Tuban), Sunan Drajat (di Sedayu), dan Sunan Kudus (di Jepara). Maka Raden Patah ialah yang mengumpulkan orang Islam hendak membinasakan Majapahit.

Maka tersebutlah dalam babad, bahwa Raden Patah putera Brawijaya dengan saorang gundik, maka gundik itu dianugerahkan oleh Baginda kepada puteranya Arya Damar di Palembang, disitulah Raden Patah lahir. Setelah lahir, maka iapun belajar kepada Raden Rahmat di Ampel, maka tatkala sudah cukup pengajaran itu, maka sepanjang nasehat Raden Rahmat dibuatnya keraton, maka tempat kedudukannya itu asal negeri Demak. Sungguhpun keraton itu di daerah Maharaja Majapahit, tetapi Raden Patah tiada mau menghadap Baginda. Adapun Brawijaya tiada menitahkan rakyatnya mengusir dia, entah sebab tiada berani, entah sebab sayang akan Raden Patah. Oleh karena itu Raden Patah tiada mengendahkan Maharaja, apa lagi timbul niat dalam hatinya hendak menyerang Majapahit.

Hatta, maka selama hidupnya Sunan Ampel melarang Raden Patah melakukan niatnya; akan tetapi baru ia mangkat, maka Raden Patah bermusyawarat dengan Wali tujuh orang akan membinasakan Majapahit, akan tanda peringatan mufakat itu dibuatnya sebuah masjid di Demak, yang menjadi termashur sekali pada seluruh tanah Jawa.

Peta Pulau Jawa (Publikasi Th. 1640)

Kemudian dari pada itu wali-wali dan raja-raja Islam mengerahkan rakyatnya; ada yang hendak mengembangkan agama Islam, ada yang berharap melepaskan dirinya dari pada hukum Maharaja di Majapahit. Mula-mula orang Islam tiada selamat, bala tentaranya kalah, habis cerai berai dekat Sedayu, tetapi hulubalang Majapahit lalai dan lengah saja, tiada dikejarnya musuhnya, sebab itu orang Islam dapat berkumpul pula, lalu didatanginya dan dikalahkannya rakyat Majapahit. Pada akhirnya orang Islam masuk kedalam kota Majapahit, maka negeri yang indah-indah itu habis dibinasakannya (di tahun 1478). Adapun babad-badad mengatakan hal Raja Majapahit tiada sama bunyinya semuanya : separonya mengabarkan Baginda mati, sebab dipasangnya obat bedil, ketika musuhnya masuk kedalam keraton ; separonya menceriterakan Brawijaya lari ke sebelah timur bersama-sama banyak pengiringnya, lalu mendirikan sebuah kerajaan pula. Kabarnya konon dalam perang di Majapahit itu orang Jawa mula-mula mempergunakan meriam.

Hatta, maka karena Raden Patah mengambil alat kerajaan (upacara) Majapahit, sebab itu ialah, yang diaku oleh orang Islam Maharaja serta digelarnya Sultan Demak. @dp


Catatan :
"Makalah ini diterbitkan disini/ ditulis ulang tanpa perubahan maksud bahasanya yang asal"

Sumber Makalah : Hikayat Kerajaan-Kerajaan Islam
Penulis Ulang : Daeng Palallo

Terima Kasih sudah membaca, jika artikel ini bermanfaat, silahkan di Share ke orang-orang terdekat. Like juga Fanpage kami untuk mengetahui informasi lainnya @makassarpunyacerita 

Video Pilihan


Comments

Popular posts from this blog

Lirik dan Terjemahan Lagu Tea Tonja

Lirik dan Terjemahan Lagu Julei ri Kau

LIRIK DAN TERJEMAHAN LAGU PANGNGUKRANGI