Posts
Showing posts with the label Esai
Mengenal Kerajaan-Kerajaan Tua Makassar Bagian Pertama : Kerajaan BorongloE
- Get link
- X
- Other Apps
Mengenal Kerajaan-Kerajaan Tua Makassar Bagian Pertama : Kerajaan BorongloE Oleh : Daeng Palallo Dahulu, menurut tradisi, masyarakat adat BorongloE merupakan wilayah yang mandiri dan luas. Entri ini terbagi menjadi dua, yakni BorongloE dan Songkolo. Saat itu seorang perempuan memerintah di BorongloE yang disebut Bau’. Berikut ini, asal muasal dari Bau’ ini : Suatu hari terjadi badai besar yang melanda BorongLoe, disertai dengan kilatan petir. Ketika semuanya tenang, ditemukanlah di sebuah hutan di sebelah barat kampung Songkolo sebuah rumah besar berperabot lengkap, yang tiba-tiba muncul dari tanah, rumah itu terdiri dari tujuh petak ruangan (paqdaserang). Bersamaan dengan itu muncul pula seorang perempuan muda; yang satu tangannya memegang bendera (yang diberi nama*); di satu tangannya lagi memegang badik runcing di kedua sisinya. Sarung badik itu seluruhnya dari emas; cincin di sekelilingnya juga terbuat dari emas yang menyala setebal kepalan tangan anak-anak; gagangnya juga te
Sejarah Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara Bagian Kedua
- Get link
- X
- Other Apps
img_1.bp.blogspot.com Sebermula, maka tersebutlah dalam hikayat tanah Jawa, bahwa pada masa Majapahit binasa ada seorang orang Arab yang bernama Syech Nuruddin Ibrahim bin Maulana Israel atau Sunan Jati sepanjang nama tempat kedudukannya, yaitu bukit Jati dekat Cirebon. img_bidiknusantara.com Adapun Sunan Jati mengajarkan agama Nabi Muhammad kepada orang Padjajaran, terlalu selamat pekerjaannya, sehingga orang itu bertambah-tambah banyak masuk Islam. Maka anaknya, Hasanuddin namanya, tiada hendak mengislamkan orang yang menyembah berhala dengan lemah lembut, melainkan dengan kekerasan, maka dikumpulkannya orang Islam, lalu dikepungnya ibu negeri Padjajaran dekat Bogor yang sekarang. Arkian, maka pada suatu malam rakyat Hasanuddin menaiki pagar tembok, dan mengalahkan orang Pajajaran (sepanjang babad pada tahun 1481). Maka Raja Pajajaran, bersama-sama anak buahnya yang setia lari ke sebelah selatan, tetapi acap-acap kali kemudian dari pada itu dilanggarnya negeri di bat
Hikayat Kerajaan-Kerajaan Hindu di Nusantara
- Get link
- X
- Other Apps
situsbudaya.id_candi dien Bermula; maka tiada kita ketahui, apabila orang Hindu mendapati tanah Hindia (Nusantara), tambahan lagi tiada juga tentu pulau yang mana mula-mula disinggahinya; tetapi sepanjang kabar orang pada abad yang kedua pulau Jawa sudah diduduki oleh orang Hindu. Adapun pokok hikayat, yang menyatakan hal tanah Hindia (Nusantara) pada zaman purbakala, yaitu surat dan barang, yang tinggal dari pada masa itu, upamanya surat yang terukir pada berhala dan pada batu dan loyang yang berkeping-keping, ada juga yang terukir pada batu besar di lereng gunung. Maka surat itu sedikit saja, serta setengahnya sampai sekarang belum terfaham artinya. Lagi pula ada banyak dongeng dan syair dari zaman dahulu; tetapi tiada berapa gunanya, sebab dalam ceritera itu diriwayatkan dewa-dewa Hindu dan orang yang sakti, sebagai Arjuna dan Krisna dan Bima. Meskipun hikayat yang lama (babad) itu tiada benar, tetapi tidak ada kabar dari pada zaman dahulu yang lain; oleh karena itu
Sejarah Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara Bagian Pertama
- Get link
- X
- Other Apps
Alkisah, maka sepeninggal Nabi Muhammad pada tahun 632 orang Arab pergi menaklukkan dan mengislamkan bangsa-bangsa orang yang sekeliling negerinya, sehingga kerajaan Arab teramat besar dan mulia. Maka dengan hal yang demikian itu perniagaan orang Arab makin berkembang, sehingga saudagar Arab dan Parsi sampai juga ke pulau-pulau Hindia (Nusantara); sungguhpun maksud orang itu hendak berniaga, tetapi dengan serajin-rajinnya mereka itu mengajarkan juga agamanya kepada orang yang menyembah berhala dalam negeri asing. Maka acap kali disampaikannya maksudnya, karena orang Arab biasanya tolong menolong, serta mereka itu bijaksana dan panjang akal, tambahan lagi diperisterinya anak orang negeri itu, lama kelamaan orang Arab bercampur dengan pemerintahan negeri. Rute Perjalanan Ibnu Batutah Adapun orang Arab mula-mula duduk di bandar pulau Perca. Maka pada tahun 1354 sudah ada seorang raja Islam di Samudera (Pasai), Malikusaleh namanya. Peta Pulau Sumatra (Publikasi Thn. 16
Karaeng Tunipasuru
- Get link
- X
- Other Apps
Gambar : Perahu Cadik, Milik Raja Gowa Karaeng Tunipasuru adalah anak dari karaeng Tunilabu ri Suriwa. Karaeng Tunilabu ri Suriwa meninggal. Karaeng Tunipasuru mengantikannya memerintah di Tallo. Nama pribadinya, semoga saya tidak dikutuk, I Mangayoangberang. Gelarnya sebelum ia menjadi Penguasa/Raja Tallo disebut Karaenga ri Pasi. Karaeng Tunipasuru memerintah bersama-sama dengan Karaeng Tumapaqrisiq Kallonna (Maqbali Gauki). Dialah Karaeng yang menaklukkan Garassi, menaklukkan Sulu, menaklukkan Ende, menaklukkan Sandao. Beliaulah yang menanam kelapa yang berada di Galeteng. Di masa beliau inilah, pertama kali orang menempa/membuat senapan/pistol/baqdiliq , sadoko?, dimasa beliau pula inilah tulisan dikatakan mulai membaik. Karaeng ini mahir membuat kapal, suka mengadakan perjalanan jauh, dipuji sebagai pribadi pekerja yang sangat berdedikasi (Panrita Jamangi). Dialah karaeng yang pernah melawan Gowa. Dia juga pernah ke Melaka, kemudian singgah di Johor. Di Johor belia
Sejarah Kerajaan Gowa : Periode Awal
- Get link
- X
- Other Apps
Foto : Rumah Sultan Gowa, Sultan Abdoelkadir Moehammad Aidid (1844-1893) Batara Guru adalah saudara dari Tunabunoa Tolali Ratu Sampu Marantaiya Karaeng Katangka. Semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur, dalam menyebut-nyebut nama-nama Karaeng yang lalu. Mereka yang beristirahat di sana. Hanya karena dikhawatirkan, mereka akan dilupakan oleh keturunan mereka, dan oleh mereka yang mengikutinya. Karena jika mereka tidak mengenal ada dua bahaya yg bisa muncul : bisa-bisa merasa diri kita adalah penguasa yang paling besar [Karaeng dudu] atau bisa jadi pula pihak luar akan mengatakan kita hanyalah orang biasa. Tumanurunga, ibu dari Tumassalangga Barayang. Disebut "Tumanurunga" karena tidak diketahui asal-usulnya, kematiannya. Hanya dikatakan Dia menghilang [mallayangi]. Dialah yang di peristrikan oleh Karaeng Bayo. Adapun Karaeng Bayo, tidak diketahui pula asal-usulnya, hanya dikatakan bersaudara dengan Lakipadada. Tumanurunga menikah dengan Kara
Karaeng Matoaya
- Get link
- X
- Other Apps
Gambar Ilustrasi Nama pribadinya semoga saya tidak terkutuk iMallingkaang. Nama lahirnya (Paddaenganna) adalah Daeng Mannyonri. Gelarnya (Pakkaraenganna) sebelum Ia menjadi Raja Tallo disebut Karaenga ri Kanjilo. Ia mengalahkan Segeri disebut Karaeng Sigeri. Ia menjadi Raja Tallo disebutlah Karaenga ri Tallo. Dialah pula yang digelar Sultan Abdullah Awawul Islam. Gelarnya setelah meninggal disebut Tu-Mamenanga-ri-Agamana (Dia yang meninggal dalam agamanya). Selain itu sebagaimana judul dari artikel ini, beliau digelar pula Karaeng Matoaya (Raja Tua). Karaeng Matoaya adalah anak Raja Tallo ke-IV, semoga saya tidak terkutuk menyebut nama beliau iMappatakakatana Daeng Paduluq atau yang digelar Tumenanga ri Makkoayang dari istrinya yang bernama iDaeng ri Pattukangang. Karaeng Matoaya menjadi Raja Tallo ke VI mengantikan Karaeng Baineya yang tiada lain adalah saudaranya sendiri. Dimasa beliau inilah, Islam menjadi agama resmi di Kerajaan Gowa Tallo. Ia masuk Islam pada malam juma
Macan Lambaraqna Gowa : I Mappatakakatana Daeng Padulu Tumenanga riMakkoayang
- Get link
- X
- Other Apps
Macan Lambaraqna Gowa (Harimau Liar dari Gowa). Adalah sebuah gelar, sama dengan gelar-gelar lainnya seperti Macan Keboka ri Tallo, Macan Leqlenga ri Katangka, Macan Ejayya ri Sanrobone, Macan Beru Bakkaka ri Luwu. Adalah, semoga saya tidak terkutuk, nama pribadinya iMappatakakatana. Nama lahirnya [Paddaenganna] adalah Daeng Padulu, gelarnya sebelumnya ia menjadi penguasa di Tallo disebut Karaeng Pattingalloang, gelarnya setelah meninggal disebut Tumenanga riMakkoayang. Beliaulah yang digelar sebagai Macan Lambaraqna Gowa, Raja Tallo IV, yang tak lain adalah Ayah dari Karaeng Matoaya Sultan Abdullah Awwawul Islam . Tumenanga riMakkoayang adalah anak dari Karaeng Tunipasuru (Raja Tallo III), Nama pribadinya, semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur, adalah iMangayoangberang Karaeng Pasi. Ibundanya adalah Tumammalianga ri Tallo, nama pribadinya, semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur adalah iPasilemba, putri Karaeng Loe riMarusu. Pada usia dua puluh