Sejarah Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara Bagian Kedua
img_1.bp.blogspot.com |
Sebermula, maka tersebutlah dalam hikayat tanah Jawa, bahwa pada masa Majapahit binasa ada seorang orang Arab yang bernama Syech Nuruddin Ibrahim bin Maulana Israel atau Sunan Jati sepanjang nama tempat kedudukannya, yaitu bukit Jati dekat Cirebon.
img_bidiknusantara.com |
Adapun Sunan Jati mengajarkan agama Nabi Muhammad kepada orang Padjajaran,
terlalu selamat pekerjaannya, sehingga orang itu bertambah-tambah banyak masuk
Islam. Maka anaknya, Hasanuddin namanya, tiada hendak mengislamkan orang yang
menyembah berhala dengan lemah lembut, melainkan dengan kekerasan, maka
dikumpulkannya orang Islam, lalu dikepungnya ibu negeri Padjajaran dekat Bogor
yang sekarang. Arkian, maka pada suatu malam rakyat Hasanuddin menaiki pagar
tembok, dan mengalahkan orang Pajajaran (sepanjang babad pada tahun 1481). Maka Raja
Pajajaran, bersama-sama anak buahnya yang setia lari ke sebelah selatan, tetapi
acap-acap kali kemudian dari pada itu dilanggarnya negeri di batas tanah Banten.
Demikianlah Padjajaran lenyap, diganti oleh tiga kerajaan, yakni : tanah
Cirebon, yang diperintahkan oleh Sunan Jati, Djakarta (karesidenan Betawi) di
bawah hukum seorang anak Sunan Jati, dan Banten yang dikuasai oleh Pangeran
Hasanuddin. Pada persangkaan orang yang faham dalam hikayat, Djakarta masuk
jajahan Raja Banten.
Peta Pulau Jawa |
Syahdan, maka kata orang, bahwa orang Badui di tanah Banten
sebelah selatan dan orang Tengger keturunan orang zaman dahulu itu, yang segan
masuk islam.
Maka tersebutlah perkataan kerajaan Demak, selama hidup
Raden Patah tanah Jawa sentosa, karena perintahnya keras, meskipun bupati-bupati
berdengki-dengkian, tetapi tiada juga mereka itu berani berperang-perangan.
Adapun Raja Demak yang ketiga bernama Pangeran Tranggana,
dibuatnya undang-undang dan ditetapkannya agama Islam, dan lagi diperanginya
orang Hindu di tanah Jawa sebelah timur. Kerajaan Hindu yang terutama sekali
yaitu : Supi Urang (dekat Malang) dan Pasuruhan; sepanjang separonya babad
kerajaan itu dibinasakannya; setelah itu orang Hindu undur ke Blambangan
(Banyuwangi) dan ke Bali.
Di pulau Bali sampai sekarang (dimasa penulisan hikayat ini) orang negeri menurut beberapa
adat dan agama orang Hindu.
Arkian, maka sepeninggal Sultan Tranggana kerajaan Demak dibahagi oleh anaknya dan menantunya, serta alat kerajaan Demak diperoleh Adipati Pajang1, Mas Karebet namanya. Adapun segala raja itu berbantah-bantahan; seorang hendak membinasakan seorang; sehingga Mas Karebet dapat mengumpulkan hampir segala negeri, yang dahulu dibawah hukum Pangeran Tranggana; maka Adipati Surabaya pun menghantar upeti kepada Mas Karebet; dan Sunan Giri menggelari dia Sultan. Akan tetapi beberapa mulia dan besar sekalipun kerajaan Sultan Mas Karebet itu, tiada juga berapa lamanya hilang lenyap juga.
Alkisah, maka adalah seorang kekasih (sahabat?) Sultan Mas Karebet, Kyai Ageng Pamanahan namanya. Adapun orang itu membunuh Adipati Jipang dengan tipu daya, sebab itu di karuniai negeri Mataram (Jogja) oleh Sultan. Pada masa itu hampir seluruh tanah Mataram hutan rimba saja; orang yang diam disitu hanya 300 cacah (isi rumah). Maka Kyai Ageng Pamanahan amat bijaksana dan pandai; sebab itu negeri Mataram bertambah-tambah ramai, tambahan lagi beberapa raja, yang sekelilingnya membawa dirinya kebawah hukum Raja Mataram.
Upacara pembakaran jenazah umat Hindu di Bali masih lestari hingga saat ini balikami.com |
Arkian, maka sepeninggal Sultan Tranggana kerajaan Demak dibahagi oleh anaknya dan menantunya, serta alat kerajaan Demak diperoleh Adipati Pajang1, Mas Karebet namanya. Adapun segala raja itu berbantah-bantahan; seorang hendak membinasakan seorang; sehingga Mas Karebet dapat mengumpulkan hampir segala negeri, yang dahulu dibawah hukum Pangeran Tranggana; maka Adipati Surabaya pun menghantar upeti kepada Mas Karebet; dan Sunan Giri menggelari dia Sultan. Akan tetapi beberapa mulia dan besar sekalipun kerajaan Sultan Mas Karebet itu, tiada juga berapa lamanya hilang lenyap juga.
Alkisah, maka adalah seorang kekasih (sahabat?) Sultan Mas Karebet, Kyai Ageng Pamanahan namanya. Adapun orang itu membunuh Adipati Jipang dengan tipu daya, sebab itu di karuniai negeri Mataram (Jogja) oleh Sultan. Pada masa itu hampir seluruh tanah Mataram hutan rimba saja; orang yang diam disitu hanya 300 cacah (isi rumah). Maka Kyai Ageng Pamanahan amat bijaksana dan pandai; sebab itu negeri Mataram bertambah-tambah ramai, tambahan lagi beberapa raja, yang sekelilingnya membawa dirinya kebawah hukum Raja Mataram.
Setelah Kyai Ageng Pamanahan mangkat, maka ia digantikan
dengan rela (restu) Sultan Pajang oleh anaknya Mas Ngabehi Suta Wijaya.
Maka Sultan Mas Karebet belas akan Suta Wijaya, dan menjadikan
dia panglima besar balatentara Pajang; sebab itu Suta Wijaya dinamai juga dalam
hikayat Senopati; yaitu Senopati-ing-ngalaga, artinya panglima besar dalam
perang. Akan tetapi Suta Wijaya tiada juga puas hatinya, maksudnya hendak
membesarkan namanya dan melepaskan negerinya. Setelah dibuatnya sebuah keraton
dekat Pasar Gede2, maka iapun bertapa di gunung Kidul serta mengaku dirinya
suami Nyai Loro Kidul, kemudian dari pada itu dihimpunkannya rakyanya, lalu
ditaklukkannya beberapa negeri.
Lukisan Nyai Loro Kidul medan.tribunnews.com |
Maka titah Sultan Pajang tiada dipedulikannya dengan tiada
mengingatkan kebajikan tuannya; pada akhirnya diperanginya dan dikalahkannya
Sultan Mas Karebet, lalu Sultan itu ditawannya bersama-sama kaum keluarganya.
Tiada lama antaranya, maka Baginda meninggal; kabar orang diracun oleh Senopati.
Makam Mas Karebet atau Joko Tingkir di Sragen, Jawa Tengah img_jalanjalanenak.com |
Syahdan, maka Senopati merajakan Adipati di Demak, serta
putera Mas Karebet dijadikannya Adipati Jipang; akan tetapi tiada berapa
lamanya kemudian dari pada itu, maka kedua raja itu berperangan, lalu Raja Pajang
dibuang oleh Senopati.
Setelah itu, maka Senopati mengambil alat kerajaan, sambil
ia mengaku dirinya Panembahan (Raja) Pajang.
Adapun Raja-Raja Jawa masgul hatinya, sebab itu mereka itu berteguh-teguhan
janji hendak mengusir Senopati; maka Raja-Raja itu kalah ; sehingga diakunya
dibawah perintah Panembahan.
Setelah itu, maka Senopati menaklukkan tanah Jawa sebelah
barat sampai ke Citarum; akan tetapi pemerintahannya tiada juga dengan sentosa,
sebab acap kali raja-raja yang takluk, durhaka kepada Yang-dipertuan. Maka
tengah perang itu Demak dan Pajang binasalah. Pada akhirnya seluruh tanah Jawa
menjunjung titah Panembahan Mataram, hanya Raja Banten dan Raja Blambangan yang
bebas.
Arkian, maka pada 1601 mangkatlah Panembahan Suta Wijaya,
lalu puteranya yang bungsu naik tahta kerajaan.
Adapun Raja itu bernama Mas Jolang, tetapi dalam hikayat
tanah Jawa iapun dinamai Seda Krapjak, menurut nama negeri Krapjak, tempat ia
meninggal (seda). @dp
Catatan Kaki :
*1) Bahagian sebelah utara keresidenan Sala.
*2) Sebab itu, ia di namai juga Ngabehi salor-ing-pasar artinya Ngabehi disebelah utara pasar.
Catatan Kaki :
*1) Bahagian sebelah utara keresidenan Sala.
*2) Sebab itu, ia di namai juga Ngabehi salor-ing-pasar artinya Ngabehi disebelah utara pasar.
Catatan Penulis :
"Artikel ini diterbitkan disini/ditulis ulang tanpa perubahan maksud bahasanya yang asal"
Sumber : Hikayat Kerajaan-Kerajaan Islam
Ditulis Ulang Oleh : Daeng Palallo
Terima Kasih sudah membaca, jika artikel ini bermanfaat, silahkan di Share ke orang-orang terdekat. Like juga Fanpage kami untuk mengetahui informasi lainnya @makassarpunyacerita
Video Pilihan
Sungguh informasi yg luar biasa.
ReplyDeleteSiap daeng sitakka...terima kasih atas atensinya.
DeleteInfo yg sangat bermanfaat
ReplyDelete