Hubungan Kekerabatan Gowa-Tallo dan Luwu : Sejarah yang Terpendam



Hubungan Kekerabatan Gowa-Tallo dan Luwu : Sejarah Yang Terpendam
Oleh : Daeng Palallo

Tak dapat di pungkiri bahwa dahulu kala antara satu kerajaan dengan kerajaan lainnya kerap saling berperang satu sama lain, namun di balik itu banyak juga terjadi perkawinan antar kerajaan. Demikianlah yang terjadi antara kerajaan Gowa dengan kedatuan Luwu. Bahwa di masa Karaeng Tumapakrisik Kallongna berkuasa di Gowa (1510-1546). Ketika ini, kerajaan Gowa dikatakan sedang gencar-gencarnya melakukan perluasan pengaruh kekuasaan di wilayah ini yakni dengan menaklukkan banyak daerah/ kerajaan lain yang ada di Sulawesi. Namun di saat bersamaan Karaeng Tumapakrisik Kallongna juga membuat perjanjian/ kesepakatan damai dengan beberapa penguasa yakni : dengan penguasa Maros yang di sebut Karaeng Lowe ri Pakere, dengan penguasa Bajeng yang disebut Karaeng Lowe ri Bajeng, dengan penguasa Bone yang disebut Bongkanga, dengan penguasa Luwu yang disebut Datu Matinrowa ri Wajo dan dengan penguasa Salumekko yang disebut Magajaya. Namun di masa Karaeng Tunijallo berkuasa di Gowa (1565-1590), antara tahun 1576-1590, sepeninggal Tumenanga ri Makkoayang (Mangkubumi Kerajaan Gowa), terjadilah perang antara kerajaan Gowa dan kedatuan Luwu. Kedatuan Luwu pun takluk atas Gowa, sebagaimana dikatakan dalam Lontara Patturioloanga ri Gowa (catatan resmi kerajaan Gowa) dibawah ini :

anne paqrasangang na betaya karaenga Tunijallo; ribokowanna karaenga Tumenanga ri Makkoayang; Luwuq; Batulappaq; Segeri; Marusu;

adapun daerah yang dikalahkan Karaeng Tunijallo, sepeninggal Karaeng Tumenanga ri Makkoayang, adalah Luwu, Batulappaq, Segeri dan Maros.

Namun dengan takluknya Luwu atas Gowa, kedua kerajaan ini dapat membuka lembaran baru. Kedua kerajaan akhirnya mengikat satu sama lain dalam sebuah ikatan perkawinan. Datu Paboli, sebagai petinggi Luwu (Datu Luwu?), oleh Raja Gowa (Karaeng Tunijallo) dinikahkan dengan Karaeng Balang (Balla) Bugisi[1], yang tiada lain adalah saudara dari Karaeng Baineya (istri dari Karaeng Tunijallo), lain ayah.

Pernikahan dari keduanya inilah yang merupakan awal dari hubungan kekerabatan antara Gowa dengan Luwu. Pernikahan ini dapat dikatakan adalah sebuah pernikahan politis yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa terhadap Kedatuan Luwu, dengan tujuan untuk penggabungan kekuatan/ kekuasan demi memperkuat eksistensi. Dari pernikahan ini lahirlah seorang anak perempuan yang bernama I Taqdampali.  I Taqdampali selanjutnya di kawini oleh Raja Gowa, Sultan Alauddin. Sultan Alauddin adalah anak laki-laki dari Karaeng Tunijallo dan Karaeng Baineya[2]. Artinya antara Sultan Alauddin dan I Taqdampali masih merupakan sepupu satu kali. Namun dari perkawinan ini mereka tidak di karuniai anak. I Taqdampali adalah istri Sultan Alauddin, ketika Sultan Alauddin dilantik menjadi Sultan Gowa (sesaat setelah Sultan Alauddin mengucap dua kalimat syahadat), yakni pada tahun 1605[3].

Pernikahan selanjutnya terjadi pada tahun 1650. Karaengta ri Tamaqsongo, putri dari Karaeng Sumanna (mangkubumi kerajaan gowa) menikah dengan Datu Luwu Matinroa ri Gowa atau yang juga bernama Baso Langi Sultan Ahmad Nasaruddin[4]. Dari pernikahan ini, mereka di karunia tiga orang anak yakni : Daeng Mattuju; Opu Balirante; dan Daeng Mattola[5]. Daeng Mattuju adalah Datu Luwu yang di gulingkan oleh Arung Palakka bersama sekutunya, memerintah di Luwu pada tahun 1675 hingga tahun 1676. Daeng Mattuju di gulingkan, maka sebagai penggantinya adalah Daeng Massuro[6] yang berpihak kepada Arung Palakka. Daeng Massuro adalah penguasa Luwu sebelumnya, juga adalah anak dari Datu Luwu Matinroa ri Gowa.

Lebih Jauh Tentang Datu Paboli

Dalam sebuah catatan yang berasal dari Baebunta (Luwu), dikatakan bahwa Datu Paboli adalah petinggi Luwu yang pertama kali memeluk agama Islam[7]. Pendapat ini dapat dibenarkan mengingat Datu Paboli adalah mertua dari Sultan Alauddin yang merupakan raja Sulawesi pertama yang memeluk agama Islam. Sultan Alauddin adalah Raja Gowa ke-14, masuk Islam bersamaan dengan Raja Tallo, I Mallingkaan Daeng Mannyonri Sultan Abdullah Awawul Islam[8].

Sultan Alauddin memeluk agama islam, maka sudah barang tentu di ikuti oleh istri dan kerabat dekatnya yang lain, tak terkecuali Datu Paboli sebagai mertua beliau. Mungkin oleh sebab inilah dalam Lontara Patturioloanga ri Tallo berbunyi sebagai berikut :

iyaminne karaenga ampasallangi Mangkasaraka; si Mangkasara; ampasallangi Bugisika; si Bugisi; passangalina Lu’ ka;

bahwa Raja inilah yang mengislamkan seluruh orang Makassar, di tanah Makassar, dan seluruh orang Bugis, di tanah Bugis, kecuali Luwu,

Adapun Raja yang dimaksud dalam kutipan Lontara diatas adalah Sultan Abdullah Awawul Islam. Beliaulah yang mengislamkan hampir seluruh kerajaan yang ada di Sulawesi. Dikatakan, hanya dalam waktu dua tahun setelah Raja ini mengucapkan dua kalimat syahadat, seluruh rakyat Gowa dan Tallo pun sudah selesai di Islamkan, yang ditandai dengan diadakannya sembahyang Jum’at pertama di Tallo pada tanggal 9 November 1607 (19 Rajab 1016). Selanjutnya barulah Raja ini melakukan islamisasi terhadap daerah/ kerajaan lainnya di Sulawesi maupun di luar Sulawesi. Bulukumba, Bilusu, Sidenreng, Bilawa, Lamuru, Mario Irawa, Pattojo, Soppeng, Wajo, Bone, Tempe, Bulu Cenrana, Bilokka, Lemo, Campaga, Pationgi, Pekang Lakbu, Bima, Dompu, Sumbawa, Kengkelu, Papekat, Sanggar, Buton, tanaPancana, Wawonio, Tubungku, Banggae, Sula, Taulada, Buol, Gorongtalo, Larompong, Topelekleng, Tobong, Kaluku, satu persatu ditaklukkannya selanjutnya di masukkan dalam Islam sebagaimana dikisahkan dalam Lontara Patturioloanga ri Tallo (catatan resmi kerajaan Tallo) dibawah ini :

.... iyaminne Karaenga ambetai Bulukumba pinruang; ambetai Bilusu; ampasombai Sidenreng; ampasombai Bilawa; sipue; ampasombai Lamuru; ampasombai Mario iwara; ampasombai Pattojo; ampasombai tuSoppenga; sipaliliq; ampasombai tuWajoka; sipaliliq; ambetai Bone; tunabetaya; iyangaseng napantama Isilangtumangnyombaya napantamai Isilang; tunabetaya napalilikangi; tumanyombaya napalilikangi; ammaradekangi Tempe sipue; Bulu cenrana; Wawoniyo; Bilokka; Lemo; Campaga; Pationgi; Pekang Laqbu; iatompa anne karaenga ambetai Dima pintallung; ambetai Dompu; ambetai Sambawa pinruang; ambetai Kengkelu; Papekang; ampalilikangi Sanggara; ampasombai Butunga; ambetai tanaPancana; Wawoniyo; ambetai Tubungku; Banggea; Sula; iatallu; ambetai Taulada; Buwolo; Golongtalo; ambetai Larompong; ambetai Topelekleng; pinruang; ampasombai Tobong; ampasombai I Daeng Marewa ri Kaluku; iyatompa anne karaeng; namataqgala ri katte Salaparanga ri Bali; Pasereka; Barowa; Kutea; 
....inilah Karaeng/Raja yang mengalahkan Bulukumba dua kali,  yang mengalahkan Bilusu, yang menundukkan Sidenreng; yang menundukkan Bilawa; sebagian; yang menundukkan Lamuru, yang menundukkan Mario Irawa; yang menundukkan Pattojo; yang menundukkan rakyat Soppeng; dan pengikut mereka;  yang menundukkan orang-orang Wajo; dan pengikut mereka;  yang mengalahkan Bone; orang-orang yang dikalahkannya; di masukkannya semua dalam Islam; orang-orang yang ditundukkannya; di masukkannya semua dalam Islam;orang-orang yang dikalahkannya; dijadikannya semua sebagai pengikut; orang-orang yang tunduk; dijadikannya semua sebagai pengikut; yang memerdekakan Tempe sebahagian; Buluq Cenrana; Wawonio; Bilokka; Lemo; Campaga; Pationgi; Pekang Laqbu; karaeng inilah pula yang mengalahkan Bima tiga kali; yang mengalahkan Dompu; yang mengalahkan Sumbawa dua kali; menjadikan Sanggar sebagai pengikut, mengalahkan Kenkelu, mengalahkan Papekat; mengalahkan Buton, mengalahkan tanah Pancana, Wawonio, mengalahkan Tubungku; Banggea; Sula; bertiga; yang mengalahkan Tual; Buol; Gorongtalo; yang mengalahkan Larompong; yang mengalahkan Topeleqleng; dua kali; menundukkan Tobong; yang menundukkan I Daeng Marewa di Kaluku; baru dimasa Karaeng ini pulalah, baru orang Selaparang di Bali, negeri Pasir, negeri Kutai menjadi bagian dari kerajaan Gowa-Tallo;
Sampai disini, mungkin ada yang bertanya kenapa Luwu tidak di Islamkan oleh Sultan Abdullah Awawul Islam sebagaimana daerah/ kerajaan lainnya? Bahwa Luwu tidaklah di Islamkan oleh Sultan Abdullah Awawul Islam sebagaimana disebutkan dalam Lontara Patturioloanga ri Tallo, ataupun tidaklah menjadi musuh dalam bunduk kasallangnganga (musuh dalam perang islamisasi), oleh karena penguasa Luwu pada masa itu sebagaimana di sebutkan di awal adalah merupakan kerabat dekat dari Kerajaan Gowa-Tallo. Datu Paboli adalah mertua daripada Sultan Alauddin. Dengan kenyataan ini, maka tidaklah mengherankan jika Sultan Alauddin ataupun Sultan Abdullah Awawul Islam mengirim Datu Sulaiman ke Luwu, untuk mengajar agama Islam di Luwu @dp


Catatan Kaki :

[1] Karaeng Balang (Balla) Bugisi adalah anak dari Karaeng Mandalle, sedangkan Karaeng Baineya adalah anak dari Raja Tallo, Tumenanga ri Makkowayang. 
[2] Karaeng Baineya, juga adalah Raja Tallo yang ke-5 dan saudara dari Sultan Abdullah Awawul Islam, lain ibu. 
[3Lontara Patturioloang Gowa : ...bainenna karaenga naaganga nilantiq;  sampu sikalinnatonji; anaqna Datu nikanaya Datu Paboli; ri karaenga ri balang [balla] bugisika; areng kalengna iyangku mabassung; nikana iTaqdampaliq; taena anaqna;
[4] Lontara Bilang Gowa-Tallo : 17 Juni 1650, namaqnikka ratua I Manguqrangi Karaengta ri Tamasongoq nikana Datua ri Luwuq Matinroa ri Gowa.
[5] Andaya (1991) : They were divided into three with one group at sea under Datu Luwu Daeng Mattuju himself, another on land under the Datu's brother, Opu Balirante, and the third also on land under another of Datu Luwu's brothers, Daeng Mattola.
[6] Daeng Massuro, atau juga Sultan Mohammad Muhiddin Matinroa ri Tompoq Tikka.
[7] Hamnur Hanursi (2016) : bahwa Datu Paboli adalah petinggi Luwu yang pertama kali memeluk agama Islam.
[8] Lontara Patturioloang Tallo : namantama Isilang Karaenga; rua assaribattang; areng Araqna nikana Soltani Abdullah Awawul Islam.


Referensi :

-- Andaya, Leonard Y. The Heritage of Arung Palakka, The Hague-Martinus  Nijhoff, 1981.
-- Lontara Bilang Gowa-Tallo.
-- Lontara Patturioloang Gowa.
-- Lontara Patturioloang Tallo.

Bagaimana sejarah masuknya Islam pertama kali di Sulawesi, silahkan masuk disini.

Terima Kasih sudah membaca, jika artikel ini bermanfaat, silahkan di Share ke orang-orang terdekat. Like juga Fanpage kami untuk mengetahui informasi lainnya @makassarpunyacerita ,dan temukan pula kami di Youtube http://bit.ly/2Po04uh


Video Pilihan


Comments

Popular posts from this blog

Lirik dan Terjemahan Lagu Tea Tonja

Lirik dan Terjemahan Lagu Julei ri Kau

LIRIK DAN TERJEMAHAN LAGU PANGNGUKRANGI