Kisah Pangeran Makassar di Ayutthaya (Thailand)
Pada Abad 17, sebanyak 120 orang Makassar di bawah pimpinan Daeng Mangalle
melakukan perlawanan hingga nafas terakhir melawan gabungan armada pasukan
Perancis-Inggris dan Ayutthaya. Ayutthaya oleh orang Eropa dikenal sebagai Kerajaan Siam. Ayutthaya di abad 17 adalah salah satu kota paling makmur di Asia Timur.
Peperangan tak seimbang itu mengakibatkan musnahnya orang makassar dalam
konfik yang panjang setelah berhasil membunuh 1000 orang dari pihak musuh.
Berapa jumlah armada yang mereka lawan? sekitar 4000 pasukan dengan senjata
lengkap, senapan api dan meriam, sementara orang Makassar hanya terdiri atas
120 orang di bawah pimpinan Daeng Mangalle dengan senjata badik, keris dan
tombak.
Fantastis memang tapi ini adalah fakta sejarah yang di catat oleh
Crishtian Pelras. Pelras telah meneliti berbagai literatur berbahasa Perancis
tentang jalannya peperangan tersebut.
Kedatangan orang makassar di Ayutthaya menurut Pelras dimulai pada sekitar tahun 1674. Sebuah rombongan kecil yang terdiri atas 250 orang
pria, wanita dan anak-anak datang dari Pulau Jawa dipimpin seorang Pangeran
Makassar yang mengasingkan diri dari Makassar 3 tahun sebelumnya. Selanjutnya,
Gervaise melukiskan kedatangan mereka di sambut baik oleh Raja Narai dan bahkan
mereka diberi pemukiman di pinggir sungai bertetangga dengan perkampungan orang
Melayu. Kebetulan orang Melayu dan Makassar sama-sama memeluk agama Islam.
Meskipun awalnya hubungan orang-orang Makassar sangat baik dengan warga
pribumi di Ayutthaya, sebuah konflik kecil pada tahun 1686 terjadi. Konflik tersebut
kemudian melahirkan sebuah pemberontakan orang Makassar terhadap raja Narai.
Konflik tersebut di awali oleh keinginan Orang Makassar mempertahankan
kehormatan mereka.
Saat itu, Orang Melayu dan Campa merencanakan pemberontakan terhadap Raja
Narai. Rencana pemberontakan ini diketahui oleh Pangeran Makassar.
Singkat cerita, rencana pemberontakan tersebut kemudian bocor ketelinga
Raja Siam. Meskipun bukti kongrit keterlibatan orang Makassar di pemberontakan
tersebut tidak ada tetapi oleh Raja Narai, ketiga suku tersebut di panggil
bersama-sama untuk meminta maaf kepada Raja dan niscaya mereka akan di ampuni.
Maklumat dari Raja Narai tersebut ternyata di patuhi oleh orang-orang
Campa dan orang Melayu tetapi tidak demikian halnya oleh orang Makassar.
Pangeran Makassar menolak meminta maaf kepada Raja Narai.
Tentang penolakan meminta maaf ini, Pelras menulis : "Hanya pangeran
Makassar yang menolak meminta maaf. Alasannya, dia tidak pernah mau
memberontak. Hanya saja kesalahannya adalah bahwa dia tidak melaporkan rencana
pemberontakan orang Melayu dan Campa kepada Raja Siam - alasan sang pangeran
karena dia juga tidak mau mengkhianati ke dua sahabatnya dengan membuka rahasia
yang telah di percayakan kepadanya. Bagaikan buah simalakama.
Tetapi Pangeran Makassar tetap konsisten pada sikapnya, bahwa mereka sama
sekali tidak bersalah, karena itu mereka tidak akan memenuhi maklumat Raja
Narai, sebab tidak wajar bagi mereka datang meminta ampun dan merendahkan diri
kepada raja untuk kesalahan yang tidak mereka lakukan.
Penolakan tegas ini, semakin mempertegang hubungan orang Makassar dengan
pihak kerajaan Siam yang dibantu oleh pasukan Inggris-Perancis.
Pemicu pemberontakan dimulai ketika suatu hari sebuah kapal dagang dari
Makassar tiba di Ayutthaya membawa bingkisan raja Gowa untuk Pangeran Makassar.
Kedatangan mereka ini kemudian di gunakan oleh pihak Raja Siam untuk menahan
semua awak kapal karena di khawatirkan akan bergabung dengan kelompok pangeran
Makassar yang tidak mau memohon ampun.
Dengan siasat licik, patroli kerajaan Siam berpura-pura memeriksa surat
jalan nakhoda kapal Makassar ketika mereka berniat kembali. Pemeriksaan ini
sesungguhnya hanyalah alasan agar semua awak kapal ditahan secara halus.
Tatkala nakhoda dan awak kapal mengetahui siasat licik ini, mereka yang
waktu hanya berjumlah 6 orang mengamuk di ruang pertemuan pasukan kerajaan.
Seorang perwira dan penerjemah perancis berhasil di bunuh.
Pergolakan di kapal ini terus berlanjut. Awak kapal lain yang berada di
luar gedung serentak maju menggunakan sarung mereka sebagai perisai. Mereka
dengan keberanian mengagumkan menerobos pasukan Siam dan perancis dan membunuh
siapa saja yang mereka jumpai. Konon, menurut Pelras banyak pasukan Siam yang
lari kocar kacir mencari perlindungan meskipun mereka menggunakan senjata api
dan meriam.
Peperangan di kapal tersebut kemudian menjalar sampai di perkampungan
Makassar tempat dimana Daeng Mangalle dan 120 orang Makassar telah siap dengan
badik mereka. Beberapa hari kemudian pertempuran sengit terjadi antara orang
Makassar yang berjumlah 120 orang melawan armada gabungan Perancis-Inggris-Siam
yang berjumlah 4000 orang.
Berselang
3 minggu, pemberontakan ini berhasil di padamkan setelah semua lasykar Makassar
tewas. Forbin, salah seorang komandan pasukan beberapa tahun kemudian
menceritakan tentang keberanian orang-orang Makassar yang di saksikannya dengan
mata kepalanya sendiri. Katanya : "seumur hidup saya, tidak pernah bertemu
dengan lawan yang begitu berani. Meskipun sudah tertembak, mereka terus melangkah maju, siap menusuk lawan
mereka. Seorang Makassar yang di dapati masih hidup keesokan harinya meskipun
terkena 17 tusukan tombak masih berusaha merampas senjata prajurit yang sedang
memeriksanya dan berusaha membunuhnya sebelum mati.
Pelras juga mengutip pendapat Edwar Udall, saudara sekandung Kapten Henry
Udall, perwira Inggris yang tewas oleh tusukan keris orang Makassar di Ayutthaya.
Bahwa meskipun mereka bersenjatakan keris, mereka berani maju sampai kemuka
lobang bedil.
Demikian kisah Daeng Mangalle di Ayutthaya, Thailand. Di kutip dari buku Kisah-Kisah Bijak Orang Sulsel karangan A. Shadiq Kawu yang mengambil referensi dari sejarawan Perancis, Crishtian Pelras.
Demikian kisah Daeng Mangalle di Ayutthaya, Thailand. Di kutip dari buku Kisah-Kisah Bijak Orang Sulsel karangan A. Shadiq Kawu yang mengambil referensi dari sejarawan Perancis, Crishtian Pelras.
Artikel ini telah tayang di kompasiana.com dengan judul Petualangan Orang Makassar di Negeri Siam (Thailand), https://www.kompasiana.com/adilagaruda/55001ba6813311461bfa70d4/petualangan-orang-makassar-di-negeri-siam-thailand
DATA PROFIL DAENG MANGALLE
Nama
Lengkap : I Yandulu Daeng Mangalle
Tanggal lahir : 01
Juli 1663
Tempat lahir : Gowa,
Sulawesi Selatan
Meninggal di : Ayutthaya, 23 September 1686
Kerabat Dekat : Anak
laki-laki dari Sultan Hasanuddin (Raja
Gowa XVI) dan I Loqmok Tobo dari
Majannang, Saudara laki-laki dari I Manindori I Kare Tojeng Karaeng Galesong
(lk), I Safiyah I Daeng Rikong (Pr), I
Rukiyah I Daeng Mami (pr).
Terima Kasih sudah membaca, jika artikel ini bermanfaat, silahkan di Share ke orang-orang terkedat. Like juga Fanpage kami untuk mengetahui informasi lainnya @makassarpunyacerita ,dan temukan pula kami di Youtube http://bit.ly/2Po04uh
Comments
Post a Comment