Desain Rumah Tradisional Makassar dan Filosofinya
Desain Rumah Tradisional Makassar dan Filosofinya
Oleh : Daeng Palallo
Sama halnya dengan rumah tradisional Indonesia lainnya, rumah tradisional Makassar juga menggunakan kayu sebagai bahan utamanya. Balla' Mangkasara atau rumah tradisional Makassar pada umumnya terdiri atas tiga bagian bangunan yakni bangunan depan, bangunan tengah dan bangunan belakang. Bangunan depan disebut dengan paladang atau teras rumah, banguan tengah disebut kale balla atau badan rumah, adapun bangunan belakang disebut balla pallu atau dapur.
Kale balla atau badan rumah merupakan bangunan induk, mempunyai bentuk segi empat dengan 5 tiang penyangga ke arah samping atau lebih dan empat tiang penyangga ke arah belakang atau lebih, terdiri atas 3, 5, 7 atau 9 petak tergantung dari besar kecilnya sebuah rumah. Berbentuk persegi empat karena mengambil konsep Sulapa Appak. Sulapa Appak sendiri adalah merupakan konsepsi makrokosmos suku Makassar yang berpandangan bahwa alam semesta secara horizontal terdapat empat persegi : depan, samping kanan, belakang dan samping kiri.
Demikian halnya dari segi bentuk yang mengambil dasar dari filosofi sulapa appak, secara vertikal rumah tradisional makassar pun demikian mengambil dasar dari tubuh manusia yang terdiri atas bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki. Rumah tradisional Makassar terdiri tiga atas tiga bagian yakni bagian atas rumah yang disebut pammakkang atau loteng, bagian tengah adalah kale balla atau badan rumah dan bagian bawah adalah siring atau kolong rumah.
Pammakkang adalah bagian atas rumah, berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan makanan. Kale balla adalah rumah induk atau badan rumah, terdiri dari pakdaserang atau petak ruangan. Ruangan paling depan disebut pakdaserang dallekang digunakan untuk menerima tamu, bagian tengah disebut pakdaserang tangnga atau ruangan tengah, digunakan untuk kegiatan yang lebih privat, dan bagian belakang disebut pakdaserang lalang atau sering juga disebut pakdaserang riBoko yakni petak ruangan bagian belakang yang fungsinya untuk kamar, utamanya kamar anak gadis. Sedangkan siring adalah bagian bawah rumah atau kolong rumah, berfungsi sebagai gudang ataupun tempat bekerja/ beraktivitas di siang hari.
Atap berbentuk pelana, bagian depan dan belakang atap berbentuk segi tiga yang di sebut sambulayang yang mempunyai susunan tertentu (timbaksila) sesuai derajat pemiliknya. Bersusun lima yakni rumah Raja/Istana, bersusun tiga yakni rumah bangsawan, bersusun dua atau tidak bersusun, rumah orang biasa. Demikian derajat seseorang dapat dilihat hanya dari timbaksila yang terpasang pada rumahnya, sebagaimana halnya manusia bahwa kehidupan sosial seseorang akan nampak hanya dengan melihat apa yang dipakai diatas kepalanya.
Rumah tradisional Makassar, umumnya mempunyai dua tangga dan dua pintu masuk, satu tangga didepan sebagai jalan untuk pintu utama, satu tangga dan pintu belakang sebagai jalan keluarga untuk aktivitas sehari-hari.
Selain yang sudah dijelaskan diatas, terdapat pula bagian yang disebut dego-dego, terletak di bagian depan badan rumah berfungsi sebagai penyangga tangga. Pada Kale Balla terdapat pula bagian yang disebut tambing, namun bagian ini tidak mutlak ada di setiap rumah. Tambing terletak di samping kale balla (badan rumah) berfungsi sebagai lorong atau jalan penghubung antara Paladang dengan Balla Pallu.
Demikian gambaran dan penjelasan singkat tentang desain bentuk rumah tradisional makassar dan filosofinya sebagai salah satu dari banyak ragam budaya Indonesia. Bahwa rumah tradisional Makassar unik bukan cuma karena bentuknya namun juga karena landasan filosofinya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin, salam budaya. (dp)
Istilah perangkat/bagian-bagian rumah lainnya dalam Bahasa Makassar :
Benteng = Tiang
Bubung = Bubungan
Bilik = Kamar
Dandara = tempat penyimpan barang, terletak di atas.
Dapara = Lantai
Dego-Dego = bagian depan rumah sebagai penyangga tangga.
Kamara = Kamar
Kalli = Pagar
Pattongko = Atap
Pattoddo = Balok yang menghubungkan tiang.
Pakke'bu = (daun) Pintu
Pakke'bu' tontongang = Daun jendela
Pasilo = bagian tambahan di samping rumah yg diatapi.
Pammakkang = loteng
Pammasak = pasak
Pakdaserang = Petak rumah
Pallangga lompo = Balok besar yang menghubungkan tiang rumah, sebagai dudukan balok untuk papan/lantai rumah.
Pallangga caddi = Balok dudukan papan/lantai rumah.
Palapong = Plafon
Rinring = Dinding
Sambulayang = sudah di jelaskan
Siring = sudah di jelaskan
Tuka' = Tangga
Tuka' riolo = Tangga Depan
Tuka' riBoko = Tangga Belakang
Tontongan = Jendela
Bubung = Bubungan
Bilik = Kamar
Dandara = tempat penyimpan barang, terletak di atas.
Dapara = Lantai
Dego-Dego = bagian depan rumah sebagai penyangga tangga.
Kamara = Kamar
Kalli = Pagar
Pattongko = Atap
Pattoddo = Balok yang menghubungkan tiang.
Pakke'bu = (daun) Pintu
Pakke'bu' tontongang = Daun jendela
Pasilo = bagian tambahan di samping rumah yg diatapi.
Pammakkang = loteng
Pammasak = pasak
Pakdaserang = Petak rumah
Pallangga lompo = Balok besar yang menghubungkan tiang rumah, sebagai dudukan balok untuk papan/lantai rumah.
Pallangga caddi = Balok dudukan papan/lantai rumah.
Palapong = Plafon
Rinring = Dinding
Sambulayang = sudah di jelaskan
Siring = sudah di jelaskan
Tuka' = Tangga
Tuka' riolo = Tangga Depan
Tuka' riBoko = Tangga Belakang
Tontongan = Jendela
Artikel ini telah tayang di Vebma.com dengan judul Desain Bentuk Rumah Tradisional Makassar dan Filosofinya, Penulis Daeng Palallo.
Terima Kasih sudah berkunjung, silahkan di Share ke orang-orang terdekat. Like juga Fanpage kami untuk informasi lainnya @makassarpunyaceritaofficial
Video Pilihan
Comments
Post a Comment