Jenis dan Cara Penggunaan PASSAPU Makassar
Passapu Ulu
Ikat kepala Passapu hanya dipakai untuk perang atau dalam kegiatan ritual. Bentuk dan cara mengikatnya mencerminkan posisi pemakai dan pemakaiannya. Saat ini, memakai songkok atau passapu masih dianggap sebagai tanda hormat. Masih ada sebagian masyarakat Makassar yang menutup kepala dengan tangan jika tidak menggunakan penutup kepala. Biasanya, ketika tuan rumah menerima tamu, dia akan mempersilakan tamu itu duduk, lalu mengambil songkoknya untuk menunjukkan rasa hormat. Penggunaan songkok dalam pertunjukan Pakarena juga merupakan tanda penghormatan kepada penonton, tamu dan penyelenggara. Mengenakan passapu menyampaikan harapan bahwa penyelenggara akan menerima posisi superior secara spiritual. Penggunaan passapu dalam budaya masyarakat Makassar juga memiliki makna tersendiri. Ketinggian dan sisi di mana ikat kepala diikat menunjukkan upacara atau kegiatan yang dilakukan. Passapu lebar, disebut patonro atau patinra, biasanya digunakan dalam perburuan, perang, atau pertunjukan di luar ruangan. Sementara passapu sempit dipakai untuk acara di dalam ruangan dan, umumnya, oleh orang tua. Sebuah passapu yang diikat di sebelah kanan berarti keinginan pengguna yang baik, seperti dalam upacara pernikahan atau perayaan lainnya. Passapu yang diikat di sebelah kiri dimaksudkan untuk menghindari bencana atau kekuatan jahat. Sebuah passapu yang diikat di depan menunjukkan bahwa pemakainya pemberani, seorang pejuang yang siap berperang atau tantangan apa pun. Passapu yang diikat di belakang dipakai untuk berlayar atau untuk upacara panggadakkang di mana seorang raja, pejabat tinggi dan tamu terhormat akan hadir.
Sumber : Satodewo, 1990 : Sulawesi and Beyond. The FrantiĊĦek Czurda Collection, hal. 109
Comments
Post a Comment